TUNGGU SAMPAI AKU PERGI

23 August 2010
Cerpen pertama saya : di buat sejak 12 January 2005
_______________________________________________________________




“Ini resepnya, harap di konsumsi sebaik-baiknya dan tepat waktu, juga jadwal yang sudah kami tetapkan, jangan sampai ada yang terlewat! Dua bulan bukan waktu yang lama. Ini demi kebaikan kamu” kata Dokter.

Fina yang dinasehati dan dianjurkan oleh dokter, hanya mengangguk sambil terus memperbaiki kerudung hijaunya. Dia melipat kertas yang telah ditulisi resep dokter, dan memasukannya kedalam dompet.

“Iya dok, terimakasih banyak, kalau begitu saya permisi!” Sapa Fina yang beranjak meninggalkan ruangan. Derap langkah kakinya terdengar seperti berlari, tapi dia tetap mencoba untuk terlihat berjalan biasa saja, dia ingin cepat-cepat keluar dari Rumah Sakit yang baunya membuat hidung Fina kurang toleran.

Begitu sampai di halte bis yang tak jauh dari Rumah Sakit tersebut, Fina hanya duduk berdiam diri, orang-orang disekitarnya sibuk untuk menahan kendaraan. Dia termenung, memikirkan selembar kertas yang diberi dokter tadi, sebuah resep untuk mengobati penyakitnya, yang dihitung-hitung resep yang sama untuk kesekian kalinya.

Bis yang harusnya dia tumpangi sudah datang, asap knalpotnya menggempul, bergabung dengan debu dijalanan, terhembus angin, dihirup oleh orang sekitar yang ada disitu, untung Fina menggunakan kerudung hijaunya yang cukup panjang untuk menutupi wajahnya, menghindari asap knalpot bus itu.

“BeTePe… BeTePe…, kompleks Bumi Tamalanrea Permai…!!” teriak kernek bus sambil menggedor-gedorkan pintu busnya supaya didengar orang yang ingin menuju tujuan bus. “Neng kerudung hijau, BeTePe Neng, gak naik?” Tanya kernek itu pada Fina yang daritadi hanya duduk diam saja.

“Gak Bang! lagi nunggu orang…” jawab Fina sambil tersenyum.
“Oh nunggu orang? Gaya bener? Nunggu orang di halte, di café aja sana!” ujar sang kernek sambil berlalu pergi.

Fina sendiri tak habis pikir, dia menunggu seseorang. Padahal dia belum melakukan apa-apa, menelepon juga belum, hatinya masih bimbang antara ingin menelepon atau tidak usah. Takut merepotkan tapi sangat butuh. Fina sangat ingin bertemu dengan Sahid saat ini.

Sahid lelaki berusia 27 tahun, yang empat tahun lebih tua daripada Fina, adalah pacar Fina selama kurang lebih satu tahun ini. Yang sekarang ini, disaat Fina bimbang ingin menghubunginya, Sahid sedang berada disebuah restoran mahal dan terkenal, tidak sendirian. Dia bersama sekretaris barunya yang sangat amat cantik jelita, ternyata hubungan antara pemimpin perusahaan dengan sekretarisnya itu bukan hanya sekedar hubungan kerja atau pertemanan, Sahid dan Lola, sekretarisnya. Ternyata telah menjalin hubungan diam-diam dibelakang Fina selama tiga bulan lebih.
Sahid sedang asyik menyuapi sesendok nasi kepada Lola, dan menuangkan minuman, bercanda ria, tertawa dengan senang sambil mentowel pipi Lola, berpelukan mesra didepan umum, lalu berangkat lagi menuju pusat pertokoan, mebelah beli busana, sepatu, dan lainnya kebutuhan Lola, Sahid hanya menemani sambil merangkul wanita seksi itu. Cukup lama kebersamaan mereka, hingga handphone Sahid berdering dan diangkatnya. Dia tahu kalau itu Fina, Pacarnya yang sah.
“Halo?” Ucap Sahid
Fina diseberang sana masih berdiam, belum menjawab sapaan Sahid ditelepon.
“Fina, ada apa?” Tanya Sahid datar.
“Bisa ketemu? Ada yang… yang… mau saya omongin…”
Sahid menaikkan alisnya, disampingnya ada Lola bertengger dibahunya, “Bisa, kapan? Kebetulan saya juga ada yang mau diomongin sama kamu…”
“Dirumahku jam tujuh malam ini, datang ya…!”
“Iya…”
“Klik” telepon terputus, itu saja. Mereka hanya buat janji temu, setelah menutup telepon, Fina tidak langsung beranjak dari tempat duduknya dihalte, dia masih merenung, wajahnya yang tertutup kerudung hijau tampak suram dan pucat, harusnya dia tadi meminta Sahid untuk menjemputnya. Selain itu dia juga jadi bertanya-tanya hal apa yang ingin disampaikan Sahid padanya.
“Lola sayang, mungkin setelah malam ini, kita sudah bisa bebas berpacaran, Karena kurasa malam ini aku akan jelaisn semuanya ke Fina, dia mungkin bakalan ngerti hubungan kita…” Ujar Sahid sambil memeluk Lola.
Dan menuju malam hari, janji temu antara Sahid dan Fina, tak henti-hentinya Sahid bernyanyi dalam hati, dia akan melepaskan ikatan kasihnya dengan Fina karena mencintai gadis yang cantik jelita dan seksi itu, entahlah relung hatinya terhadap Fina mulai gelap, dia tak lagi merasakan manis manja Fina padanya, seperti pupus saja.
Setelah sampai dirumah Fina, Sahid dipersilahkan duduk oleh Fina, wajah Sahid agak tegang melihat raut muka Fina yang cukup pucat, bibirnya kering, dan mungkin karena insomnia membuat bekas dikelopak matanya. Sementara Fina terus memasang senyum.
“Makasih ya udah datang…” sapa Fina sambil menyuguhkan teh hangat kesukaan Sahid.
“Iya sama-sama, sebenarnya apa yang mau kamu omongin ke aku?” Sahid memulai pembicaraan sembari menyerutup teh hangat itu.
Fina terdiam, dia menunduk, perasaannya campur aduk, antara, takut dan bingung. Hal yang sama sekali belum pernah dia beritahu kepada Sahid selama mereka bersama.

Sahid juga kelihatan bingung, dia hanya penasaran tatapannya tak lepas dari Fina yang hendak berusaha mengatakan sesuatu. Fina memandang Sahid sambil tersenyum, matanya berkaca-kaca, dia terus smemandangi wajah Sahid yang baginya adalah wajah seornag malaikat penjaganya yang senantiasa membuat perasaan dan jiwanya menjadi tenang, yang menjadi kehangatan di saat malam dingin dan yang menjadi sinar terang di saat kegelapan. Sahid membalas tatapan Fina, hatinya mulai tersentuh lagi oleh pandangan mata Fina yang seperti itu, sudah lama dia tak memandang mata Fina seperti itu, dia jadi agak keki, dan cepat-cepat mengalihkan perhatiannya.

“Fina… aku sepertinya masih ada tugas kantor, jadi setelah dari sini aku harus segera ke rumah Pak Dahlan mengambil berkas… jadi ada apa?”
Fina tersenyum dan meminta maaf, kemudian beranjak menuju salah satu ruangan dirumahnya, mengambil dompetnya dan mengambil kertas, lalu kertas itu diperlihatkan pada Sahid. Sahid dengan tegang menerimanya, matanya tak lepas dari ekpspresi penuh tanya.

Setelah memegang kertas itu, Sahid mulai membaca deretan tulisan-tulisan yang memenuhi kertas itu, satu persatu dibaca dan dipahami, terus hingga ia melihat sebuah tandatangan. Bola matanya membulat, bibir dan tangannya gemetar setelah membaca isi dari ketas yang diberikan Fina tadi.

Dia menatap mata Fina dengan tajam, dia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Fina yang berdiri tak jauh, memegang bahunya dengan erat.
“Kenapa ini bisa terjadi?” Suara Sahid gemetar.

Fina berusaha tetap tersenyum, dan menghasilkan sebuah tawa, tapi airmatanya tak bisa dibendung lagi, dia menangis tapi dia juga tersenyum bahkan tertawa saja tanpa bisa menjawab pertanyaan Sahid.

Sahid mengulang pertanyaannya, kali ini dengan suara yang lantang, dan mengguncang tubuh Fina, Fina tetap menangis sambil tersenyum, menggeleng karena tak tahu jawabannya, dan menggangguk karena ini benar-benar terjadi padanya. Sahid memeluk Fina dengan erat, airmatanya mulai menetes, dia terus mengulang pertanyaannya dalam tangisan dan Fina dalam pelukannya hanya dapat mencoba tersenyum saja.

Kertas putih, yang tadi dibaca Sahid, jatuh kelantai, kertas itu beserta isinya yang merubah segala rencana Sahid terhadap Fina, tak ada lagi Lola, dia jadi melupakan semua berbagai alasan yang akan dikatakannya pada Fina. Hatinya ikut hancur dia tak lagi bernyanyi dalam hati karena senang, suara yang terdengar kini hanya isak tangis mereka berdua. Kertas putih yang bertuliskan “SYAFINA-GOL DARAH AB- PENYAKIT TUMOR OTAK –END’S STADIUM, PENOLAKAN OPERASI MEMBUAT DAYA TAHAN PASIEN KURANG LEBIH DUA BULAN…”
Tak ada lagi janji temu dengan orang-orang kantor, dia hanya ingin Fina dalam pelukannya.

Dia sama sekali tak dapat menerima perlakuannya terhadap Fina, dia tanpa sengaja membiarkan Fina menderita sendirian sementara dia bersenang-senang dibelakang Fina, sungguh kejam. Pikir Sahid. Mulai deitik ini, dia akan menghabiskan dua bulan sisa hidup Fina bersamanya, waktu yang ada hanya akan dia gunakan untuk bersama Fina.
Keesokan harinya, Sahid menemui Lola dikantor, Lola begitu tampak senang dan segera berlari menuju pelukan Sahid, tapi Sahid menepisnya dan berkata, “Kita tidak bisa bersama lagi, hidupku hanya untuk Fina, maaf…”
Lola sempat tidak menerima, dia menangis marah pada Sahid, tapi Sahid tidak memperdulikannya, karena dia yakin, Lola yang cantik jelita itu bisa menemukan pendamping hidup dengan mudah. Mulai saat ini, saat pulang kerja. Sahid langsung menemui Fina.

***

Fina terbaring di Rumah Sakit, dia dirawat intensive untuk chemoteraphy, ini pun berkat bujukan Sahid, karena sebelumnya, Fina tak pernah mau dirawat diRumah Sakit. Fina yang terbaring dibangunkan oleh Sahid untuk mengisi perutnya dengan bubur ayam hangat, Sahid menyuapi Fina sesendok bubur, lalu mengambilkan air minum untuk Fina, siang malam Sahid menjaga Fina, tak pernah lelah mengambilkan semua segala kebutuhan Fina, dia merawat Fina, memberinya obat yang dianjurkan doketer sesuai jadwalnya, merawatnya dengan ikhlas. Membuat Fina bahagia, mengisi waktu dua bulan yang tersisa untuk Fina.

Sudah tepat sebulan Fina dirawat, keadaannya semakin lemah, badannya mulai kurus, rambutnya rontok karena chemoteraphy yang dijalaninya, tapi ditutupi oleh kerudung hijau miliknya, matanya seperti tenggelam, wajahnya menguning, banyak memar ditubuhnya, saluran pernafasannya juga mulai memakai oksigen, dalam keadaan seperti itu, Sahid masih tetap menjaganya, berada disisinya menemaninya dan membantunya kuat.
***


Suatu malam, Fina ingin diajak jalan-jalan ketaman Rumah Sakit itu dengan kursi roda, Sahid mengabulkan permintaannya, sebenarnya semua dan apapun permintaan Fina asal Fina bahagia, Sahid akan mengabulkannya. Sahid pun mendorong kursi rodanya, membawa Fina ketaman.

Fina memandangi bulan, “Bulan malam ini cantik ya…” ujarnya lemah.
Sahid pindah kehadapan Fina, “Masih kalah sama kamu, kamu masih lebih cantik daripada bulan…” ucapnya sambil tersenyum lembut.
Fina begitu senang, juga begitu terharu, matanya berkaca-kaca, “Sahid…, kalau aku pergi…” belum sempat Fina melanjutkan perkataannya, dia merasakan bibirnya dingin, karena Sahid menciumnya dengan lembut, badannya terasa hangat karena pelukan Sahid yang erat.

Sahid begitu ingin membuktikan cintanya pada Fina, biar bulan dan bintang pada malam itu menjadi saksi kesetiaan Sahid, walau hanya sedikit waktu, tapi perasaan yang diterima Fina darinya tidak sedikit, tapi sangat amat banyak, bahkan lebih daripada apa yang seharusnya pantas dia terima. Biar bulan dan bintang menjadi saksi atas perasaan yang dialami Sahid bukan karena rasa simpati, tapi perasaan cinta yang dulu hampir hilang, hampir redup, kini bangkit kembali, terang kembali, bukan karena rasa kasihan, tapi karena Sahid hanya benar-benar merasakan hatinya hangat dan tenang hanya pada saat berada disisi Fina. Biar bulan dan bintang jadi saksi atas keinginan Sahid untuk menjadi malaikat penjaga bagi Fina, yang menjadi selimutnya yang hangat saat dia kedinginan, yang menjadi cahaya disaat dia merasa gelap, karena Fina bagaikan jiwanya.

“Kau tak akan kemana-mana…”
Sahid terus memandang mata lembut milik Fina, “Selamanya… kau hanya akan ada dihatiku, tak akan pergi kemana-mana… kalaupun itu terjadi, aku yang akan selalu bersamamu kemanapun kau pergi…”

Sahid memegangi kedua pipi Fina yang dibasahi airmata, “Ehem, jangan menangis, kau jelek kalau menangis…” Sahid melap pipi Fina dengan kerudung hijau milik Fina yang dipakainya, “Aku tak bawa saputangan, untungnya aku memberimu kerudung hijau tahun lalu sebagai hadiah kau telah menerima cintaku…”
“Dulu waktu aku meneleponmu, kau bilang, kau juga ada hal yang ingin dibicarakan padaku. Apa itu…?”
Pertanyaan Fina agak membuat Sahid terbelak.
Fina memiringkan kepalanya dan mengulang pertanyaannya sembari tersenyum dan memegangi pipi Sahid. Dia menanti jawaban.

Sahid berdiri, dia membelakangi Fina, dia tak tahu harus member argument apa pada Fina, apa ini waktu yang tepat, apa ini kondisi yang tepat, apa ini situasi yang tepat. Walau bagaimanapun, Sahid tak pandai bercanda, tak pandai membuat berbagai alasan untuk meyakinkan orang agar percaya dan menunggu jawabannya. Fina pun tahu itu, jadi dia tak punya waktu untuk mengelak apalagi untuk melewati pertanyaan Fina.

Sahid kembali jongkok dihadapan Fina, menatap mata Fina dalam-dalam, “Aku pernah mencoba… untuk mencintai wanita lain selain kau…” Sahid menggenggam tangan Fina, “Kupikir bisa, dan nyatanya aku tak bisa…” jawabnya, dia menutup mata dan mencium jemari Fina dengan lembut. Berharap Fina bisa merasakannya. Dia membuka matanya, menatap mata Fina dan menatap senyuman Fina yang tulus, dia membalas senyum itu, matanya berkaca-kaca mengagumi keikhlasan Fina padanya.

Fina memeluk Sahid dengan erat, “Tunggulah sampai aku pergi… kau akan bisa mencintai Lola seperti mencintaiku, Lola gadis yang baik, pulihkan sakit hatinya terhadapmu. Tapi tunggulah sampai aku pergi…” dan bahu Sahid basah karena airmata Fina yang mengalir, “Aku minta maaf karena telah memaksamu untuk kumiliki dalam sisa-sisa hidupku, sampaikan maafku pada Lola…”

Fina tak membiarkan Sahid untuk berkata apa-apa, Fina tak membiarkan Sahid melepas pelukannya. Sahid dalam kagetnya terus berusaha melepaskan pertanyaan, darimana Fina tahu tentang hubungannya dengan Lola? Jadi selama ini Fina menahan perih dihatinya, menahan semua luka-luka yang menyayat jiwanya. Bertambah lagi rasa bersalah dalam diri Sahid, tapi karena balutan kasih, rasa bersalah itu berubah menjadi rasa yang penuh cinta, rasa yang ingin melindungi, Sahid memeluk Fina dengan erat.
“Aku tak akan melepaskanmu…”

Sambutlah fajar maka aku akan tersenyum melihatmu, jangan pernah ragu untuk ikhlas melpaskan seseorang, jangan pernah ragu untuk ihklas menjadi malaikat penjaga yang senantiasa menghangatkan dikala orang lain sedang kedinginan, dan menjadi cahaya saat gelap.
Seperti Sahid yang telah memberi lentera cahaya yang sangat terang pada Fina, dalam sisa-sisa hidupnya.


***









Sebulan setelah kepergian Fina, relung hatinya mulai gelap, karena tak ada lagi cahaya, tak ada lagi senyum kehangatan Fina yang membuat tenang, tak ada lagi tatapan tulus mata Fina yang membuat kehangatan dalam jiwanya.

Dia menyesali perhitungan waktu saat dia bersama dengan Fina, setahun lebih berpacaran dengannya tapi saat kebersamaan terlama hanya sampai dua bulan saja, apa yang dia lakukan dalam sepuluh bulan? Kemana dia dalam sepuluh bulan tersisa saat masih menyandang statusnya sebagai pacar Fina? Betapa tidak sadarnya dia.

Kerudung hijau yang digenggamnya kini mulai basah, bukan karena airmata. Tapi karena air Hujan. Sahid berada di halte bus tempat ia dan Fina pertamakali bertemu, tanpa kendaraan dan tanpa payung dia mengendap endapkan kakinya di aspal, tujuannya tak jelas, kini ia tak tahu lagi kemana hatinya akan berlabuh dirinya bagai layang-layang yang putus dan terkepak-kepak tak tentu arah. Sementara hujan terus mengguyur kota tempatnya berpijak.

Bola mata elangnya yang sayup terbuka lebar, dia kaget melihat sesosok wanita yang memakai kerudung hijau sedang berlarian menuju arahnya untuk mencari tempat berteduh dari hujan, senyumnya mengambang, “Syafina…” katanya.

Tapi wanita berkerudung hijau itu melewati Sahid, dia sama sekali tak mengenali Sahid, Sahidpun menghela nafas panjangnya dan menghembuskannya kembali, membuang senyumnya yang beberapa saat lalu terukir. Yah… setiap saat Sahid melihat wanita berkerudung hijau dia selalu teringat pada Fina. Ingin rasanya ia memutar waktu untuk kembali. Mengulang saat-saat mengetahui berapa banyak waktu yang dilewati Fina tanpanya.

Angin begitu kencang, menghempas kerudung hijau yang digenggam Sahid dengan lemah, Sahid bangun dari lamunannya, dia baru saja ingin mengambil kerudung hijau. Tetapi ada jemari lentik yang mendahuluinya.

“Sahid…!!!” Suara merdu yang dikenali Sahid menggema ditelinganya.
Dia mendongak, mendapati sesosok wanita berambut ikal, membawa payung hitam, berjalan menuju arahnya, samar-samar Sahid berusaha mengenali wajah wanita itu, senyum mulai kembali terukir diwajahnya dan seketika itu pun dengan hembusan nafasnya, senyumnya kembali hilang.
“Lola…?”

Lola segera memayungi Sahid dan mengambilkan kerudung hijau yang digenggamnya untuk Sahid, Lola mengantarnya kembali. Mereka berdua menyusuri sisi jalan dibawah naungan payung Hitam. Kerudung hijau yang digenggam Sahid terlepas lagi dari tangannya karena angin kencang. Sahid hanya memandanginya. Tetapi Lola berusaha mengejar, dan mengambil kembali kerudung hijau itu, namun Sahid menahan langkahnya.

Sahid memandangi Lola dalam, entah itu airmata atau airhujan yang menempel dipelupuk matanya dan jatuh membasahi seluruh wajahnya, Lola membalas pandangan mata Sahid dengan penuh tanya, Hati Lola ingin segera beranjak memunguti kerudung hijau itu yang sudah jauh. Sahid menggeleng. Tidak membiarkan Lola melakukan keinginannya. Dan mereka pun berjalan menjauh.

Ada banyak kata yang tak perlu diucapkan, cukup dirasakan saja dengan perubahan, jangan berkata apa-apa kalau itu menyakitkan. Tunggulah sampai aku pergi…, setelah itu katakanlah yang kau rasakan.

SAMI YUSUF

seminggu sebelum memasuki bulan suci Ramadhan 1431H/2010
qiah nonton sebuah tivi (indovision) channel haseena_channel bollywood_ yang pada saat itu menayangkan tentang persiapan selebrity india menyambut bulan puasa(yang muslim) disamping itu salahseroang penyanyi menyelesaikan albumnya dengan bantuan beberapa pihak tertentu, dari ruang siaran beberapa orang di shoot untuk diwawancarai tentang pendapatnya soal musisi bernuansa islami... seroang pria berbadan kurus tinggi, wajahnya bercamban, matanya tajam, dan senyumnya memesonaku.
dialah : Sami Yusuf .



Sami Yusuf, penyanyi asal Inggris yang mengusung musik bernuansa Islam, baru-baru ini mengeluarkan single terbarunya berjudul 'You Came to Me'. Single terbaru ini diluncurkan lewat website www.samiyusufofficial.com, sekaligus menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Musisi keturunan etnis Azeri ini dikenal sebagai pencipta dan penyanyi lagu bernuansa Islam dan menekankan isu-isu menyangkut umat manusia dan sosial global. Sami datang dengan revolusioner membawa pesan cinta dan damai dengan cara yang sangat unik dengan menyatukan budaya Timur dan Barat.

"Ketika pertama kali menulis dan menciptakan lagu, jenis musik ini benar-benar tidak mendapat tempat di pasar. Terkadang sewaktu bermain piano atau biola, saya juga tidak mengerti, apakah ini sebuah tindakan berani atau bodoh, untuk menciptakan musik di mana orang belum pernah menciptakan sebelumnya, genre musik yang tidak eksis dan juga pasar cengderung tidak memliki minat beli. Namun, inilah yang terjadi, sebuah karya tercipta tulus yang datang dari dalam hati saya," kata Sami dalam pidatonya di Universitas Roehampton, London bulan Juli lalu. Pada kesempatan itu, dia mendapatkan penghargaan "Honorary Doctorate" dari universitas tersebut atas kontribusinya di bidang musik.

Lirik lagu yang dinyanyikan Sami bercerita tentang kecintaannya pada agama Islam dan pengajaran penuh kasih, yang bertujuan menunjukkan sebuah kebenaran dan gambaran tentang Islam di seluruh dunia. Meskipun lagu-lagunya memanjatkan nilai-nilai "tradisional" seperti rasa cinta kasih pada orang tua dan perasaan iba pada orang lain, namun video yang ditampilkan tetap modern, bagus dan cosmopolitan. Mengambil setting di jalan-jalan kota London, Istanbul, Delhi dan Kairo. Sami berusaha tidak hanya menyanyikan lagunya dalam bahasa Inggris saja, namun juga dalam bahasa Farsi, Turki, Arab, Bosnia dan Urdu. Tujuaannya adalah membuat musiknya menjadi sebuah pesan yang dapat diterima oleh generasi muda Muslim dan semua orang yang menginginkan perdamaian dunia ini.

Melihat kesuksesannya sampai sejauh ini, musik Sami benar-benar menarik hati para penggemarnya. Sejak tahun 2003, dua album pertama yang sudah diluncurkan terjual lebih dari lima juta kopi di seluruh dunia, dan album ketiganya, yang termasuk di dalamnya single 'You Came to Me' mendekati angka yang sama. Sami sudah membuktikan dapat menarik perhatian dunia, salah satunya dalam konser di Istanbul yang dihadiri sekitar 250,000 penggemarnya.

Menekankan signifikansi personal pada tiap lagunya dan relevansi dengan pesan yang disampaikan di bulan Ramadhan, Sami berharap agar penggemarnya dapat menikmati lagu baru ini. "Saya menulis syair dan musik ini pada 23 November 2008, di mana waktu itu saya benar-benar merasakan emosi yang tercampur menjadi satu - kekalahan, kebohongan, terluka, frustasi. Pada saat itu, saya menyadari betapa saya diberkati karena saya menjadi hambaNya, dan dengan singkat perjalanan saya menuju kepadaNya terbuka di depan mata. Lagu ini merupakan ungkapan dari semua yang saya rasakan waktu itu. Saya berdoa agar setiap orang mendapat berkah dan hikmat di bulan Ramadhan ini," kata Sami di blog pribadinya.

Seluruh pendukung dan penggemar Sami dapat mendownload lagu terbaru ini dengan gratis dari website resmi Sami Yusuf www.samiyusufofficial.com sepajang bulan Ramadhan ini. Single terbaru ini dirilis dalam empat versi - Inggris (utama), Inggris - Arab, Inggris - Farsi, dan Inggris - Turki.

Tentang Sami Yusuf:
Sami Yusuf adalah penyanyi - penulis lagu, pencipta lagu, produser dan seorang musisi asal Inggris. Lahir di tengah keluarga berlatarbelakang musisi dari etnis Azeri, Sami mempelajari beberapa instrumen alat musik dan menunjukkan keseriusannya dalam menyanyi dan menciptakan lagu di usia yang masih sangat muda. Sami adalah seorang yang taat dan teguh memegang keyakinannya. Ia sering menunjukkan jiwa seni dan musiknya sebagai makna khusus yang membawa pesan cinta, belas kasihan, kedamaian dan toleransi, untuk mendorong generasi muda agar bangga pada apapun identitas mereka.

Sami belajar musik di beberapa institusi, dengan bimbingan komposer dan musisi terkemuka, termasuk composer dari The Royal Academy of Music di London, sebuah institusi musik yang sangat terkenal. Meskipun dalam studinya di Inggris berjalan sangat baik dan lancar, Sami memiliki pemahaman yang kuat tentang budaya Timur Tengah (atau Maqams) dan sudah tidak asing lagi dengan tradisi musik di Negara Timur dan Barat. Dua album pertama Sami sudah terjual lebih dari lima juta kopi di seluruh dunia.

Untuk informasi lengkap, kunjungi www.samiyusufofficial.com

PENJAGA HATI

21 August 2010
Penjaga Hati
by Zilqiah Angraini on Thursday, August 13, 2009 at 5:07pm
Ada waanita dan pria yg bertugas menjaga hati yg terbuat dari kayu... Hati yg dicari2 untuk ditebang, dipatahkan, dan dibakar..

Ada wanita dan pria yg bertugas menjaga hati yg terbuat dari besi, hati yg dicari untuk dilelehkan, dan dibuat berkarat...

Ada wanita yg bertugas menjaga hati yg terbuat dari kaca, hati yg dicari untuk dipudarkan, diusangkan, dan dipecahkan...

ada wanita dan pria yang bertugas menjaga hati yang terbuat dari emas kemudian dijadikannya kekayaan yang tak mungkin bisa dijual sehingga disimpannya baik baik agar tak ada yang mencuri atau memperolok.

Ada wanita dan Pria yang bertugas menjaga hati yang terbuat dari batu untuk dibuat karya seni yang dapat dipamerkan,

ada wanita dan pria yang menjaga hati yang terbuat dari air kemudian dijadikannya cermin agar dapat bebenah.


Kalian nanti akan menjaga hati jenis apa?

thankyou Damar Anjasmara

Si Pembawa Kebahagiaan & Para Pembuat Puisi

Kamu pasti mengantongi banyak candaan
Didalam laci lemarimu...
adakah kesedihan sebanyak yang aku punya ?

Banyak orang berlalu lalang, singgah, hanya untuk menawarkan kesedihan, lalu kusimpan didalam laciku.

Entah kenapa saat itu aku selalu ikhlas menerima tawaran demi tawaran.

Rasa penat sudah sering datang bertamu, yang kami bincangkan tak banyak, hanya soal kesedihan yang tertumpuk dilaci lemariku.

Apa yang biasa kalian tukarkan kepada mereka untuk mendapatkan kebahagiaan?
Dimana kalian menyimpan kebahagiaan agar tak pernah tercecer lagi, bahkan menghilang entah kemana.

Tangis juga sudah terlalu sering menginap dikamarku, tidur berdua denganku sembari menghitung jumlah kesedihan didalam laci itu. Juga merapikan yang berserak-serakan.

Malam itu, pintuku diketuk, Rasa penat, dan tangis terkaget, “siapa itu?” tanya kami.

Lalu suara dari balik pintu itu terdengar menjawab: “Ini aku si pembawa kebahagiaan!”.

Aku dan kedua sahabatku saling memandang, kuingat kembali dirimu yang punya banyak candaan, terlalu mahal membeli kebahagiaan karena hanya canda. Rasa penat bertanya lagi: “Berapa harga satu kebahagiaan yang kau jual?”.

“Tak mahal, kalau kau punya satu kesedihan, bisa kau tukarkan dengan 100 kebahagiaan...” katanya.

Aku beranjak menuju pintu, tapi Tangis menghadangku untuk membuka pintu, Tangis bertanya, “Lalu kalau aku punya banyak, apa yang kau lakukan dengannya?”
“kesedihan yang sudah kau tukarkan padaku, akan aku jual ke Si para pembuat puisi untuk membeli Keindahan.”

“Kenapa ke para pembuat puisi”

“Karena si pembuat puisi tau bagaimana menjadikan kesedihan di atas kertasnya menjadi keindahan, lalu memuai menjadi rasa haru”

Aku membuka pintu lebar-lebar untuknya, untuk si pembawa kebagiaan ini... tanpa peduli pada sahabatku yang merasa dikucilkan, mereka berdua marah lalu pergi...

Terimakasih Penat
Terimakasih Tangis
Tanpa kalian aku bukan wanita

Terimakasih kesedihan
Tanpamu aku tak bisa mendapatkan kebahagiaan

Terimakasih pembawa kebahagian
Tanpamu aku tak akan pernah tau fungsi kesedihan didalam laciku.

“ada berapa kesedihan yang kau miliki?” tanya si pembawa kebahagiaan.
“Ada berapa kebahagiaan yang kau bawa?” tanyaku


MY DESIGN








GUGUP CALON PENGANTIN


semalam sahabat saya datang kerumah, bukan berkunjung tapi memang jadwalnya tiap malam atau tiap saat saya sedang ada di rumah... dia masuk begitu saja menelusur pintu kamarku, sembari merebahkan badannya diatas kasur empukku. aku yang sedang asyik dengan dunia maya langsung mengomelinya, tp dia sudah terbiasa dengan omelan itu akupun begitu terbiasa dengan sikapnya. (maklum kami timbuh besar bersama)

"qie, calon suamiku ini pantas gak mendapingi hidupku? mampu ga dia menjadi ayah dri anak2ku nanti yg harus mengemban tanggung jawab penuh sebagai imam keluarga..."

pertanyaan itu untukku, tapi matanya menerawang ke langit2 kamar.
aku menghentikan jari2ku yg td sibuk berkomentar didunia maya.

bagaimana bisa pertanyaan macam itu dilontarkannya, sedang acara pelamarannya di abadikan sebulan yang lalu, acara panaik lekoknya juga seminggu yang lalu kejadiannya, dan sekarang tinggal menunggu akad nikah dan resepsinya yang seminggu lagi akan dilangsungkan...

kuhampiri ia dengan kerutan alisku, tanda prihatinku. "kenapa bertanya begitu lagi kah?" aku takut didalam batinnya ada keraguan.. tapi kutau menurut cerita dan berita ia sudah mantap menerima lamaran calon suaminya yang dia kenal di facebook, dan sudah bertemu dua kali, berpacaran selama dua bulan... cukupkah itu meyakinkannya.

dia menenggelamkan wajahnya keatas bantal, dia berkata begini, "aku sayang dia, keluargaku juga mencintainya, aku tak ingin kehilangan dia.. hanya saja apa pernikahan ini tidak salah langkah?"

aku ikut tengkurap disampingnya, "itu tentang kamu, tidak ada yang salah dalam mengambil langkah ke jenjang pernikahan... karena jika sudah diniatkan, Ridho Allah bertaburan dengan sendirinya, kamu hanya gugup saja.. tapi coba pikir calon suamimu, dia lelaki yang berani mengambil langkah besar, itu sebelumnya pasti sudah dia pikirkan matang-matang, demi sayangnya padamu dan cintanya pada Allah.. "

sahabatku bangkit kembali, dia menarik nafas panjang... menghembuskannya perlahan dan berkata, "minggu depan aku kawin..."

~_~V

Aku Mengajakmu Berbincang

Maaf jika saat mengajakmu berbincang,
yang kusuguhkan hanya :

teh hangat
-adalah airmataku

kue kering
-adalah senyumku

kalau kau mau tambah gulanya
-adalah tatapan mataku

ini perbincangan kita
"mengapa tangis slalu hadir?"

"mungkin karena rasa tak terima..."

"mengapa kadang rasa tak terima ada?"

"iya sedangkan kita selalu paham perbedaan keinginan dan kebutuhan..."

maaf jika saat mengajakmu berbincang
yang kusuguhkan hanya :

teh hangat..
kue kering..
dan tambahan gula..

yang cepat habis
sebelum sempat semua jelas.

Rahasia Puisimu


"Kau bagaikan pelangi yang begitu tinggi untuk kugapai, tapi aku tau pelangi itu tercipta karena gurat hujan dan hangat mentari, dan aku yakin jika mampu memberimu kehangatan dan menyejukkan hatimu aku bisa menggapaimu wahai "eloknya anggrek" nun jauh disana"

*thankyou timnas German atas kemenangannya stlh mengalahkan timnas Argentina di FIFA worldcup 2010 (11 juni-11 juli) andai German kalah maka puisi diatas tak tercipta*

^_^
pembuat puisi ini mungkin tak tau
bahwa karyanya itu ...
tersimpan dalam peti emas di hati.


biarlah menjadi rahasianya, bagaimana puisi itu tercipta dari seorang lelaki, yang tidak untuk perempuan tau pembuatannya.


big thanks : matahari

Auto Post Signature