Bukan Super Woman, Tapi Super Wife

01 December 2015
Asslamualaikum wr.wb
Kalau mau ketemuan sahabat pasti excited banget kan ya? apalagi jama sekarang rasanya tuh susah aja atur waktunya kalau mau ketemuan sama sahabat semasa kuliah dulu. Ada saja alasannya, kalau di bbm bilang "terserah kapan kamunya bisa, saya menyesuaikan." trus salah satunya lagi bilang, "iya atur aja" terus nanya begtiu sampai akhirnya gak jadi-jadi ngumpulnya haha. 

Kalau saya dan vivy ceritanya kami ini sama-sama istri yang ikut suami di rantau, saya sudah balik ke Makassar, tapi vivy belum. Nah kebetulan saat dia mudik ke Makassar, dalam rangka mau natalan di Makassar, saya sempatin untuk ketemuan dengan dia. Banyak juga hal yang mau kami share bersama. Selasa kemarin, kami akhirnya jadi bertemu, makan siang bersama. Vivy makin cantik, tapi tak banyak berubah dari penampilannya, masih tetap dengan ciri khasnya, rambut panjang terurai, blouse yang bold, dan makeup yang minimalist banget. Eh tapi dia makin langsing.

Kmai memilih makan siang di Holycow, kami sama-sama kangen dengan steak enak banget ini! maklum, Vivy jauh datangnya dari Bengkulu gak ada Holycow di sana, Kalau saya sih di Jakarta biasa sih cuma memang ini steak holycow ngangenin minta digigit. Dan kebetulan hari selasa, jadi pas banget dapat menu hematnya, baca di sini ya tips hemat makan di Holycow. 

Menu pesanan kami sudah datang, banyak hal yang kami bicarakan, sepertinya waktu beberapa jam memang tidak cukup, ah kalau para wanita ngumpul, seharian pun pembahasan gak akan ada habisnya. Setiap bertemu vivy perbincangan kami tak jauh dari seputar kehidupan rumah tangga kok. Rumah tangga kami masing-masing ya bukan rumah tangga oranglain, HAHAHA!! kami juga saling berbagi informasi seputar kabar baik dari teman-teman lama alumni fakultas humun di Unhas.

"Tejo duami anaknya juga, ketemuka waktu nikahanya Dwi"
"Ivha sekarang merantaumi juga, kayak Niar, baku jauh-jauhmaq"
"manami Rahul iyya?"
"Rahul pacar barumi sekarang, ndak tau itu apa napikir belum menikah."
"Ivank sama Tasya tawwa S2 mi,"
"Amma lagi hamil anak kedua mi"
dan banyak lagi beberapa nama-nama teman sekelas, teman semeja makan di kantin, teman pulang, teman wisuda, dan lain-lainnya. 

Tapi paling intinya sih kita membahas seputar pindahnya saya ke Makassar dan soal beli rumah. Namanya sudah menikah, sudah memiliki kehidupan sendiri, gak bisa lagi numpang sama orangtua atau mertua. Harus mandiri. Nah biasanya memang ada yang sudah menikah langsung menempati rumah baru mereka, kalau saya langsug merantau ikut suami ke Jakarta, boyong dua anak. Ada rumah dinas di sana disediakan. Lain lagi kalau di Makassar, jadi ceritanya seperti baru pindah ke Makassar saja, padahal dari lahir juga tinggal di sini, hahhaha. 

Kalau Vivy, yang dari awal menikah sudah punya rumah, tapi rumahnya ditinggal ke Bengkulu, dia juga harus resign dari kantor dan ikut suami di rantau. Sejauh apapun langkah suami merantau, istri harus ikut. Itu kewajiban. Meskipn sebenarnya kami tidak sepenuhnya ikut, meski hanya beberapa bulan, pulang lagi Makassr, karena ada beberspa pertimbangan-pertimbangan. Hamil dan anak maish bayi semua. Vivy juga pernah curhat, mumpung dia belum hamil setelah setahun lebih menikah, dia harus bisa total mendapingi suami di rantau. 

"Bosanku di sana Qiah, gak ada Mall, jauh kalau mau kemana-mana, tapi maumi di apa, haruska temani suamiku di Bengkulu, kalau tidak aih bukanka istri yang baik, Kasihan juga suami kodong." Ujar vivy sambil melahap irisan steaknya.

Ketika kita sudah berikrar menjadi sepasang suami istri berarti kita pun siap hidup bersama dalam suka dan duka, mendampingi suami hingga akhir hayat. Komitmen seperti itu bukanlah hal sulit bagi sebagian perempuan, apa sih susahnya hidup bersama dengan orang yang dicintai? Tapi jangan salah ada sebagian perempuan yang menghadapi dilema untuk mewujudkan komitmennya yang satu ini. Kayak vivy ini hahah. Dihadapkan pada pilihan berat ikut suami atau tetap tinggal dengan pekerjaannya. Vivy dulu kerja di PLN, gaji yang dia terima juga bisa dibilang cukup banyak loh. Saya juga dulu resign dari Bosowa, tapi Melepas suami seorang diri jauh-jauh dari keluarga bukanlah kondisi yang menenangkan, dan sebaliknya melepas pekerjaan begitu saja, padahal sudah diraih dengan susah payah adalah hal yang sangat berat.

Begitulah hidup penuh dengan pilihan. Setiap pilihan yang kita ambil menghadirkan konsekwensi yang harus kita hadapi. Hanya orang-orang bijak yang menentukan pilihan yang arif bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang disekitarnya. Kami harus jadi para istri yang setia mendampingi suami. Sejauh apapun, seterpencil manapun wilayahnya.

Setiap wanita pasti ingin menjadi sosok istri dan pasangan yang sempurna bagi suaminya. Berikut beberapa langkah untuk menjadi istri yang baik.

Menjadi istri yang baik memang tak mudah. Tapi kami berdua akan jadi superwife untuk suami. Dan ini ada beberapa langkah untuk menjadi Superwife ala saya dan Vivy :


1. Mencintai
Hal ini mutlak dilakukan seorang istri pada suaminya. Cinta merupakan dasar dari suatu hubungan. Karena rasa cinta, kesetiaan, rasa saling menghormati serta menghargai akan muncul.

2. Tulus
Ketulusan akan menjadikan kita istri yang baik. Saat kita melakukan sesuatu untuknya, itu bukan karena imbalan apapun, melainkan ketulusan cinta yang sesungguhnya. Setiap tindakan kita yang didasari oleh ketulusan, pasti sangat berharga buat suami. Masa' sih mijit-mijit suami cuma karena pengen minta dibeliin ini itu. Bergelayutan manja cuma karena ada maunya, JANGAN ya! 

3. Memiliki peran
Walau pernikahan adalah komitmen dua orang, namun bukan berarti suami istri selalu melakukan hal yang sama berduaan. Pilihlah peran kalian masing-masing. Jika memang suami memiliki karier yang bagus, bukan berarti kita harus samin juga. Kita juga bisa dinilai sebagai istri yang berhasil kok. Misalnya ya tadi, saya dan Vivy resign dari pekerjaan maisng-masing untuk ikut suami merantau. Peran istri mendampingi! itu yang penting. 

4. Mendengarkan
Hal ini mungkin sifatnya sepele. Menurut Vivy, gak sedikit kasus keretakan rumah tangga atau perselingkuhan yang disebabkan karena suami merasa 'kesepian'. Suami merasa sang istri gak lagi punya cukup waktu untuk mendengar keluh kesahnya.selalulah sediakan sedikit waktu untuk mendengarkan. Jangan melulu mendebat suami kita kata Vivy. Buka hati dan pikiran kita, untuk mendengar isi hatinya yang sesungguhnya. Apalagi untuk yang jarak jauh, jangan pernah skalipun melewatkan telepon suami, kalau ada missed call, segera hubungi balik, bisa saja kan di telepon itu tanda suami butuh kita.

5. Lemah lembut
Selalu perlakukan suami dengan lembut. Perlakukan ia dengan hormat. Jangan bersikap mengejek ataupun merendahkan, bagaimanapun keadaannya. Sisi lemah lembut seorang istri justru bisa menjadi 'senjata' yang membahagiakan suami. Pengalaman Vivy bertemu dengan teman kantor suaminya, masa' dibilangnya lebih enak dengar suara pembantunya menyuruh sholat daripada suara istri yang campur nada ngomel. BAHAYA! haha. Jadi, jangan jadi istri yang koro-koroang.

Well, gitu deh haha, tapi apalah kami, usia pernikahan kami masih dua tahunan, belum pantas sih rasanya menjuluki diri sebagai superwife, tapi cukup bisa dong untuk memotivasi berdasarkan pengalaman-pengalaman. Barangkali teman-teman ada yang mau menikah atau baru saja menikah kan? hehehe semoga bisa menginspirasi dan bermanfaat yaaa. Sampai jumpa lagi di postingan berikut.
2 comments on "Bukan Super Woman, Tapi Super Wife"
  1. semoga tetap SAMARA ya mba, penting memupuk cinta terus dalam RT agar ttp harmonis..:)

    ReplyDelete
  2. InsyaAllah mbak Kaniaaaa.. Aamiin aamiin

    ReplyDelete

Auto Post Signature